Friday 19 November 2010

Apakah Kreativitas itu ?


Kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta/berkreasi. Tidak ada satu pun pernyataan yang dapat diterima secara umum mengenai mengapa suatu kreasi timbul. Kreativitas sering dianggap terdiri dari 2 unsur :
 v Kefasihan yang ditunjukkan oleh kemampuan menghasilkan sejumlah besar gagasan pemecahan masalah secara lancar dan cepat.
 v Keluwesan yang pada umumnya mengacu pada kemampuan untuk menemukan gagasan yang berbeda-beda dan luar biasa untuk memecahkan suatu masalah.
Istilah kreativitas digunakan untuk mengacu pada kemampuan individu yang mengandalkan keunikan dan kemahirannya untuk menghasilkan gagasan baru dan wawasan segar yang sangat bernilai bagi individu tersebut. Kreativitas dapat juga dianggap sebagai kemampuan untuk menjadi seorang pendengar yang baik, yang mendengarkan gagasan yang datang dari dunia luar dan dari dalam diri sendiri atau dari alam bawah sadar. Oleh karena itu, kreativitas lebih tepat didefinisikan sebagai suatu pengalaman untuk mengungkapkan dan mengaktualisasikan identitas individu seseorang secara terpadu dalam hubungan eratnya dengan diri sendiri, orang lain, dan alam.

Selamat berkreasi.. :D

Mengapa Manusia Berkreasi ?


Para ahli psikologi tidak sependapat mengenai kebutuhan dan motif dasar yang dimiliki manusia untuk berkreasi. Meskipun demikian, imbalan dan penghargaan nyata yang dapat diamati dapat diidentifikasikan sebagai motif manusia untuk berkreasi. Manusia yang menjadi lebih kreatif akan menjadi lebih terbuka pikirannya terhadap gagasannya sendiri maupun gagasan orang lain. Sekalipun beberapa pengamat yang memiliki rasa humor merasa bahwa kebutuhan manusia untuk menciptakan berasal dari keinginan untuk “hidup diluar kemampuan mereka”, namun penelitian mengungkapkan bahwa manusia berkreasi adalah karena adanya kebutuhan dasar, seperti: keamanan, cinta, dan penghargaan. Mereka juga termotivasi untuk berkreasi oleh lingkungannya dan manfaat dari berkreasi seperti hidup yang lebih menyenangkan, kepercayaan diri yang lebih besar, kegembiraan hidup, dan kemungkinan untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka.

Perlu Keseimbangan Otak Kiri dan Kanan

Masyarakat sering kali menilai IQ (intelligence quotient) disamakan dengan intelegensi atau kecakapan. Padahal, IQ hanya mengukur sebagian kecil dari kecakapan.”Justru anak yang cerdas itu adalah anak yang bisa bereaksi secara logis dan berguna terhadap apa yang dialami di lingkungannya,” jelas Eileen Rachman, psikolog yang juga Direktur Experd, konsultan sumber daya manusia pada seminar 10 Cara Mempertajam IQ dan EQ (emotional quotient) Anak, Sabtu (27/8) di Jakarta. Pada seminar yang sama juga diluncurkan buku berjudul Mengoptimalkan Kecerdasan Anak.
Eileen menjelaskan, IQ merupakan angka yang dipakai untuk menggambarkan kapasitas berpikir seseorang dibandingkan dengan rata-rata orang lain. Pada umumnya IQ rata-rata orang diberi angka 100.
“IQ hanya digunakan antara lain membayangkan ruang, melihat lingkungan sekeliling secara runtut dan mencari hubungan antara satu bentuk dan bentuk lainnya. Tetapi IQ tidak mengukur kreativitas, kemampuan sosial, dan kearifannya,” katanya.
Sementara itu, kecerdasan anak dilihat dari pemahaman dan kesadaran terhadap apa yang dialaminya. Kemudian di dalam pikirannya, pengalaman itu diubah menjadi kata-kata atau angka. Karena itu, Eileen menekankan pentingnya pemahaman. ”Karena pemahaman adalah kombinasi antara upaya memperbanyak masukan melalui pancaindra dan pengetahuan yang sudah dimiliki,” jelas Eileen.
Bagaimana mengoptimalkan kecerdasan anak? Eileen menyarankan agar para orang tua meningkatkan cara belajar, membaca, dan mengulang. Misalnya, untuk memperkenalkan cara membaca, ibu membantu anak dengan memberi garis di bawah kata-kata yang penting, meminta anak membaca dengan suara keras dan menjelaskan makna bacaannya.
Selain itu, orang tua juga mengenalkan strategi, mengambil keputusan yang rasional, mencetuskan ide selancar mungkin, midmapping, meningkatkan perbendaharaan kata-kata, berpikir sambil membayangkan, humor, berpikir kritis, dan bermain. Tujuannya menyeimbangkan kerja otak kiri dan kanan, karena struktur otak belahan kiri dan kanan mempunyai tugas yang berbeda.
Kenapa perlu menyeimbangkan kerja otak kiri dan kanan? Eileen mengatakan agar anak bisa membaca lancar dengan pemahaman penuh, menulis secara kreatif, mengeja, mengingat, mendengar, berpikir sekaligus pada saat yang sama atau menjadi juara pada cabang olahraga tertentu. Semua itu dibutuhkan koordinasi otak kiri dan kanan dengan baik serta terlatih.
Tetapi menyeimbangkan kerja otak kiri dan kanan bisa pula melalui kebiasaan. Eileen menjelaskan, misalnya dengan menikmati musik dan kesenian, menikmati warna, ruang dan bentuk, menghargai kreativitas dan menghargai kepekaan perasaan.
Sementara itu, dr Andre Meaza mengatakan bahwa masa usia dini merupakan periode emas untuk melakukan proses stimulasi aktif melalui proses pengindraan dengan tujuan membentuk wiring system. ”Tahapan awal kehidupan anak merupakan tahapan penting karena anak sudah mampu menerima keterampilan dan pengajaran sebagai dasar pengetahuan dan proses berpikir.”
Andre juga menjelaskan, separuh perkembangan intelektual anak berlangsung sebelum memasuki usia 4 tahun. Justru perkembangan kognitif usia 17 tahun merupakan akumulasi perkembangan dari anak lahir.
Menurut Andre, anak berusia 0-4 tahun memiliki perkembangan kognitif sebesar 50%, 4-8 tahun sebesar 30% dan 9-17 tahun sebesar 20%. ”Memang perkembangan otak sebelum usia 1 tahun lebih cepat, tetapi kematangan otak berlangsung sesudah anak lahir,” katanya.
Dia mengingatkan bahwa pengaruh lingkungan awal pada perkembangan otak akan berdampak lama. Oleh karena itu, anak yang mendapat stimulasi lingkungan yang baik, fungsi otaknya akan berkembang lebih baik.

Wednesday 10 November 2010

inspirasi kreatif

Bingung cari inspirasi? bingung cari suatu yang kreatif?

Berpikir kreatif dan mencari inspirasi adalah suatu hal yang paling asyik lho!

kenapa?? karena berpikir kreatif itu adalah berpikir secara bebas. Tak ada batasan bagi pemikiran-pemikiran kreatif dan inspiratif. Kreatif bisa dipaksa?

Jawabannya BISA!

kenapa tidak?

banyak sekali tokoh-tokoh terkenal yang kreatif karena kepepet.

Contohnya yaitu Jendral Sudirman, berikut kisahnya:

Dengan berbekal materi seadanya Sang Jenderal memimpin pasukannya berperang melawan tentara sekutu yang diboncengi tentara Belanda.

Dengan ditandu Jenderal Soedirman keluar masuk hutan, naik dan turun gunung memimpin pasukan, meracik strategi perang geriliya. Kurang lebih selama tujuh bulan lamanya dengan rute Yogyakarta sampai Malang.

Setelah Belanda mendapatkan informasi dari salah satu penghianat di internal pasukan Jendral Soedirman. Belanda kemudian mengepung keberadaan Jenderal Soedirman. Menyadari kondisinya dalam keadaan terjepit, Sang Jenderal tidak kehilangan akal. Seluruh anak buahnya diperintahkan memakai sarung dan peci, lalu dibuatlah scenario seolah-olah dalam ruangan itu tengah mengadakan pengajian.

Taktik ini digunakan untuk mengelabui Belanda yang akan menangkap dirinya.Dikarenakan Belanda tidak menemukan adanya tentara di sana, maka mereka pun memutuskan untuk pergi. Maka selamatlah Jendral Sudirman dan pasukannya.

“Kita Bisa Lebih Kreatif jika kita dalam keadaan terjepit oleh waktu”

Kreatif Itu Bisa Dilatih

Cara paling mudah untuk melatih rasa kreatif dalam diri kita adalah, membiasakan membaca, JANGAN MALAS :)

dan ketika kita mendapat ide, inspirasi atau suatu hal yang kreatif, segeralah abadikan berupa tulisan maupun gambar. Karena bukannya tidak mungkin suatu hal kreatif yang saat itu dinggap tidak realistis, bisa berguna di lain hari.

Yang terakhir adalah KRITISI suatu hal yang baru, baik itu dari sudut desain maupun maknanya, hal itu sangat mengasah pola pikir kita dalam menerjemahkan suatu hal. semakin luas pengalaman dan wawasan kita, semakin kreatiflah kita.

MAJU TERUS INDUSTRI KREATIF INDONESIA!